AkreditasiLIPI Nomor : 408/AU2/P2MI-LIPF/04/2012 Volume 11, Nomor 4, Oktober - Desember 2012 ALIRAN PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF TOLERANSI BERAGAMA Kerukunan Antaragama Perspektif Filsafat Perenial: Rekonstruksi Pemikiran Frithjof Schuon Ngainun Naim Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia Moh. Padaperayaan Tahun Baru China (Imlek) 2561, The Majapahit Center bekerjasama dengan Badan Dana Punia Hindu Nasional dan Forum Kebangkitan Siwa Budha menyelenggarakan acara peringatan yang bertempat di Wantilan Tanah Kilap. Kegiatan ini sebagai bentuk rasa toleransi masyarakat sekitar. Bahkan acara yang dihadiri oleh ratusan peserta umat Budha ini berlangsung baik dan sarat makna, terlebih Membahasmoderasi beragama tidak terlepas dari konsep moderasi itu sendiri. Moderasi adalah sebuah kata yang diambil dari kata moderat. Moderat merupakan kata sifat, yang berasal dari kata moderation, yang bermakna tidak berlebih-lebihan, sedang atau pertengahan.Dalam bahasa Indonesia, kata ini kemudian diserap menjadi moderasi, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan Vay Tiền Nhanh. Toleransi Beragama di Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha Dari riwayat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, terdapat tiga contoh fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam kehidupan kerajaan. Pertama, kerajaan Mataram Kuno diperintah secara bergantian oleh dua wangsa, yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa. Agama tidak pernah menjadi sumber konflik. Suasana toleransi itu tecermin dalam bangunan-bangunan candi. Rakai Panangkaran yang beragama Hindu Siwa memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun Candi Kalasan. Pembangunan Candi Borobudur juga melibatkan para pemeluk agama Hindu di wilayah Kedu. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh banyak candi Hindu, seperti Selogriyo, Gunung Wukir,Gunung Sari, dan Sengi. Wajah toleransi juga terlihat pada salah satu relief Karmawibangga di kaki Candi Borobudur. Relief ini menggambarkan tokoh-tokoh agama memberi wejangan dan melakukan tapa. Tidak semua dari mereka biksu, ada juga pendeta Siwa dan pertapa. Kedua, perkawinan antaragama. Contohnya adalah perkawinan Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa dan Pramodawardhani dari Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Rakai Pikatan bahkan membuatkan sebuah candi Buddha untuk istrinya itu. Selain itu, Candi Plaosan Lor Hindu dibangun oleh Ratu Pramodawardhani dengan dukungan Rakai Pikatan. Contoh lainnya adalah perkawinan antara raja pertama Majapahit Raden Wijaya Hindu dan Rajapatni Dyah Dewi Gayatri, putri Kertanagara yang beragama Buddha. Uniknya, Ratu Tribhuwanatunggadewi, putri dari Raden Wijaya, menganut agama Buddha. Sementara anak Tribhuwanotunggadewi, yaitu Hayam Wuruk, menganut agama Hindu Siwa. Nagarakertagama menyebutkan, Hayam Wuruk pernah mengadakan festival agama Buddha dalam skala besar untuk menunjukkan penghargaan dan toleransi kepada neneknya, Dewi Gayatri. Contoh berikutnya adalah perkawinan antara Brawijaya V, raja Majapahit, dan putri dari Kerajaan Campa Vietnam sekarang yang beragama Islam dan beretnis Tionghoa bernama Siu Ban Ci menjadi selir. Ketiga, berkembang pesatnya agama Islam di tengah wilayah kekuasaan Majapahit yang mayoritas Hindu dan Buddha. Penganut Islam, Hindu Siwa, serta Buddha hidup berdampingan secara damai. Penganut Islam bahkan sampai ke lingkungan istana Majapahit. Salah satu bukti toleransi Majapahit terhadap kehadiran agama Islam adalah penemuan Kompleks Makam Tralaya yang bercorak Islam di Trowulan, Mojokerto. Menurut perkiraan para ahli, makam ini dibangun pada masa kejayaan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Agama Islam memang datang dari wilayah-wilayah pesisir, seperti Tuban, Gresik, dan Surabaya. Sambil berdagang, mereka menyebarkan agama. Lambat laun, mereka masuk ke lingkungan kerajaan dan membangun komunitas yang Berdasarkan teks tersebut, bagaimana bangunan candi menjadi simbol toleransi di kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa pada masa lalu? Tentukan jawaban Anda dengan memberi tanda centang ✔ pada kotak yang Borobudur dikelilingi banyak candi Hindu, seperti Selogriyo, Gunung Wukir, Gunung Sari, dan Sengi.✔ Mataram Kuno diperintah secara bergantian oleh dua wangsa, yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa.✔ Plaosan Lor bercorak Hindu dibangun oleh Ratu Pramodawardhani penganut Buddha dengan dukungan Rakai Pikatan Hindu Siwa.✔ relief Karmawibangga di kaki Candi Borobudur, tergambar tokoh-tokoh berbagai agama memberi wejangan dan melakukan tapa.✔ Candi Borobudur juga melibatkan para pemeluk agama Hindu di wilayah Kedu.✔b. Berdasarkan teks tersebut, manakah bukti yang menunjukkan Majapahit menoleransi kehadiran agama Islam di lingkungan kerajaannya? Pilihan jawaban benar lebih dari satu¨ Majapahit berhubungan dagang dengan pedagang-pedagang asing.¨ Majapahit membuka isolasi wilayah-wilayah pesisir untuk kaum muslim.¨ Perkawinan antara Brawijaya V, raja Majapahit, dan putri dari Kerajaan Campa.¨ Penemuan Kompleks Makam Tralaya yang bercorak Islam di Trowulan, Mojokerto.¨ Agama Islam dibiarkan berkembang di tengah wilayah kekuasaan Majapahit yang mayoritas Hindu dan Bangunan candi menjadi simbol toleransi di kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa pada masa lalu1. Benar. Jawaban ada di paragraf Salah. Pernyataan tidak termasuk bagian yang mencerminkan bangunan candi sebagai simbol Benar. Jawaban ada di paragraf ke-64. Benar. Jawaban ada di paragraf Benar. Jawaban ada di paragraf Bukti yang menunjukkan Majapahit menoleransi kehadiran agama Islam di lingkungan kerajaannya Perkawinan antara Brawijaya V, raja Majapahit, dan putri dari Kerajaan Campa. Penemuan Kompleks Makam Tralaya yang bercorak Islam di Trowulan, Mojokerto. Agama Islam dibiarkan berkembang di tengah wilayah kekuasaan Majapahit yang mayoritas Hindu dan lupa komentar & sarannyaEmail nanangnurulhidayat terus OK! 😁 Mahasiswa/Alumni Universitas Indraprasta PGRI01 Agustus 2022 0242Di bawah ini merupakan 3 kerajaan yang memiliki toleransi beragama kerajaannya 1. Kerajaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk yang saat itu menganut Hindu Siwa Sidharta hidup berdampingan dengan baik bersama ibunya tribhuwanatunggadewi yang menganut agama Budha. 2. Kerajaan Tarumanegara masyarakat Tarumanegara antara yang beragama Hindu, beragama Buddha hidup dan yang menganut keyakinan nenek moyang saling berdampingan dengan baik. 3. Kerajaan Mataram Kuno pembangunan Candi Plaosan di Klaten yang merupakan wujud akulturasi dari budaya Hindu dan juga Budha. Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut. Pulau Jawa pernah didominasi oleh beberapa kerajaan yang memiliki latar belakang corak keagamaan yang berbeda-beda, mulai dari kerajaan yang bercorak Hindu dan bercorak Budha dan juga bercorak Islam. Sehingga dilihat dari riwayat kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa, menunjukkan adanya toleransi beragama dalam kehidupan kerajaan antara agama-agama yang berbeda. Di bawah ini merupakan 3 kerajaan yang memiliki toleransi beragama kerajaannya 1. Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak hindu-buddha, pada masa raja Hayam Wuruk yang saat itu menganut Hindu Siwa Sidharta hidup berdampingan dengan baik bersama ibunya tribhuwanatunggadewi yang menganut agama Budha. 2. Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan yang bercorak Hindu. Kerajaan Tarumanegara terkenal akan toleransi beragamanya di kalangan masyarakat. Hal tersebut dibuktikan bahwa masyarakat Tarumanegara antara yang beragama Hindu dan beragama Buddha hidup saling berdampingan, begitu juga dengan masyarakat yang masih menganut keyakinan nenek moyang, mereka hidup berdampingan dengan baik dengan masyarakat yang beragama Hindu Budha. 3. Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan yang berdiri 3 dinasti yang berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra dan juga dinasti Isyana. Dalam masyarakat Mataram Kuno terjadi wujud toleransi beragama. Contohnya antara masyarakat Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu sedangkan Dinasti Syailendra yang bercorak Budha dapat hidup berdampingan. Hal itu dibuktikan dalam pembangunan candi pada masa Raja Rakai Pikatan. Rakai Pikatan dari dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu menikahi pramodawardhani dari Wangsa Syailendra yang bercorak Budha serta dibuktikan dalam pembangunan Candi Plaosan di Klaten yang merupakan wujud akulturasi dari budaya Hindu dan juga Budha. Dengan demikian, di bawah ini merupakan 3 kerajaan yang memiliki toleransi beragama kerajaannya 1. Kerajaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk yang saat itu menganut Hindu Siwa Sidharta hidup berdampingan dengan baik bersama ibunya tribhuwanatunggadewi yang menganut agama Budha. 2. Kerajaan Tarumanegara masyarakat Tarumanegara antara yang beragama Hindu, beragama Buddha hidup dan yang menganut keyakinan nenek moyang saling berdampingan dengan baik. 3. Kerajaan Mataram Kuno pembangunan Candi Plaosan di Klaten yang merupakan wujud akulturasi dari budaya Hindu dan juga Budha. Semoga membantu yaa ; AAAnonim A17 Februari 2022 0053Pertanyaandari riwayat kerajaan-kerajaan di Jawa, tunjukkan minimal tiga fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam kerajaan 280Belum ada jawaban 🤔Ayo, jadi yang pertama menjawab pertanyaan ini!Mau jawaban yang cepat dan pasti benar?Tanya ke ForumBiar Robosquad lain yang jawab soal kamuTanya ke ForumRoboguru PlusDapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!Chat TutorTemukan jawabannya dari Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!Klaim Gold gratis sekarang!Dengan Gold kamu bisa tanya soal ke Forum sepuasnya,

fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam kerajaan